Jumlah
penduduk miskin di Nusa Tenggara Barat pada September 2016 mencapai
786,58 ribu orang (16,02 persen), berkurang 17,9 ribu orang (0,46
persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2016 yang sebesar
804,45 ribu orang (16,48 persen).
Selama
periode Maret 2016 – September 2016, penduduk miskin di daerah
perkotaan berkurang sekitar 6,4 ribu orang (dari 385,22 ribu orang pada
Maret 2016 menjadi 378,83 ribu orang pada September 2016), begitu pula
di daerah perdesaan penduduk miskin berkurang sebanyak 11,5 ribu orang
(dari 419,23 ribu orang pada Maret 2016 menjadi 407,75 ribu orang pada
September 2016).
Penduduk
miskin di daerah perkotaan pada Maret 2016 sebesar 18,20 persen, turun
menjadi 17,55 persen pada September 2016 begitu pula untuk penduduk
miskin di daerah perdesaan turun, yaitu dari 15,17 persen pada Maret
2016 menjadi 14,82 persen pada September 2016.
Peranan
komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar
dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang,
pendidikan, dan kesehatan). Ini terjadi baik di Perkotaan maupun
perdesaan. Pada September 2015, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan
terhadap Garis Kemiskinan sebesar 72,81 persen untuk perkotaan dan 75,89
persen untuk daerah perdesaan.
Komoditi
makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan untuk
perkotaan adalah Beras, Rokok kretek filter dan daging sapi. Sedangkan
untuk perdesaan adalah beras dan rokok kretek filter. Komoditi bukan
makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di
perkotaan maupun pedesaan adalah perumahan, Pendidikan dan bensin.
Pada
periode Maret 2016 – September 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
mengalami penurunan baik perkotaan maupun pedesaan. Untuk perkotaan,
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dari 3,137 pada Maret 2016 menjadi
3,025 pada September 2016. Sedangkan untuk perdesaan, Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) dari 2,899 pada Maret 2016 menjadi 2,313 pada September
2016. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin
cenderung mendekati Garis Kemiskinan. dan ketimpangan pengeluaran
penduduk berkurang. Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
untuk perkotaan relatif tidak mengalami penurunan, yaitu dari 0,780 pada
Maret 2016 menjadi 0,779 pada September 2016. Untuk pedesaan, Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan cukup berarti, yaitu dari
0,769 pada Maret 2016 menjadi 0,554 pada September 2016. Dengan
menurunnya P2 berarti kesenjangan diantara penduduk miskin semakin
berkurang.