Pada
bulan Desember 2016, Nusa Tenggara Barat mengalami inflasi sebesar 0,63
persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 124,46
pada bulan November 2016 menjadi 125,25 pada bulan Desember 2016. Angka
inflasi ini berada di atas angka inflasi nasional yang tercatat sebesar
0,42 persen.
Untuk
wilayah Nusa Tenggara Barat, Kota Mataram mengalami inflasi sebesar
0,75 persen dan Kota Bima mengalami inflasi sebesar 0,26 persen.
Inflasi
Nusa Tenggara Barat bulan Desember 2016 sebesar 0,63 persen terjadi
karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan dengan kenaikan indeks
pada Kelompok Bahan Makanan sebesar 2,45 persen; Kelompok Makanan Jadi,
Minuman, Rokok & Tembakau sebesar 0,6 persen; Kelompok Kesehatan
sebesar 0,58 persen; Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan
bakar sebesar 0,02 persen dan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah
raga sebesar 0,02 persen. Sedangkan penurunan indeks terjadi pada
Kelompok Sandang sebesar 1,07 persen dan Kelompok Transport, Komunikasi
& Jasa Keuangan sebesar 0,06 persen.
Komoditas
terbesar penyumbang inflasi adalah Beras, Kue Kering Berminyak, Bawang
Merah, Cabai Rawit, Tongkol/Ambu-Ambu, Bandeng/Bolu, Daging Ayam Ras,
Tongkol Pindang, Pisang dan Sawi Hijau.
Komoditas
yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya deflasi adalah Emas
Perhiasan, Angkutan Udara, Semen, Tomat Sayur, Salak, Bahan Bakar Rumah
Tangga, Cabai Merah, Apel, Pepaya dan Kerudung/Jilbab.
Laju
inflasi Nusa Tenggara Barat tahun kalender Desember 2016 sebesar 2,61
persen lebih rendah dibandingkan inflasi tahun kalender Desember 2015
sebesar 3,41 persen. Begitu juga dengan laju inflasi “tahun ke tahun”
Desember 2016 sebesar 2,61 persen lebih rendah dibandingkan dengan laju
inflasi “tahun ke tahun” di bulan Desember 2015 sebesar 3,41 persen.
Dari
82 kota yang menghitung IHK, tercatat 78 kota mengalami inflasi dan 4
kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Lhokseumawe
sebesar 2,25 persen diikuti Kota Kupang sebesar 1,96 persen. Sedangkan
inflasi terendah terjadi di Kota Tembilahan dan Kota Padangsidimpuan
sebesar 0,02 persen diikuti Kota Cirebon sebesar 0,06 persen. Deflasi
terbesar terjadi di Kota Manado sebesar 1,52 persen dan deflasi terkecil
terjadi di Kota Tegal sebesar 0,09 persen.